Rabu, 03 Februari 2010

LESSON

LESSON 1

Expressing fear
• I was scared I was frightened
• I was terrified
• You scared me
• You frightened me
• I’m so scared
• I’m losing my mind
• I was freaking out

Expressing anxiety
• Gosh ! what is this?
• I’m going crazy
• I’m losing my mind
• I need a break
• I can’t wait any longer
• I can’t take it any more
• I can’t deal with it anymore
• Everything is getting on my nerves

Cheering someone up
• Relax
• Calm down
• Control yourself
• Take it easy
• Take it slow
• Don’t be scared
• Don’t be frightened
• Don’t trouble yourself
• Don’t be such a worrywart


Dialog

Angel : “ Gosh… what is this? Should I cross this bridge? I’m not sure I can do it. It is so scary.”
Dedi : “ take it easy. It is not as hard as you think”
Angel : “ Dedi, I’m so scared. This wooden bridge looks so old. What will happen if it suddenly falls. When I’m crossing it.”
Dedi : “ Don’t be scared. I know you can do it.”




LESSON 2

Asking for someone opinion
• What’s your view / opinion?
• What do you think / feel?
• What about.....?
• How do you feel about.....?
• What is your reaction to.....?
• Do you have any opinion on.....?
• Don’t you think.....? (very polite)
• What do you think about....?
• What are your feelings about.....?

Giving an opinion
• From where I stand.....
• Well, to my mind.....
• I’m convinced that.....
• I consider.....


Dialog

1. Vita : “ what is your reaction to the ilegal leatlets whish have passed around this school?”
Headmaster : “ I consider that we should make a final decision about them today.”

2. Dani : “ Do you have any opinion about the use a mobile phone at school?”
Headmaster : “ As far as I’m concerned, it should be used during the break time only.”

3. Vita : “ How do you see the school plan to add more classes next year?”
Zaskia : “ I don’t know much about it. So I’d rather not say anything about it.”

4. Vita : “ what do you think about the picture?”
Zaskia : “ I think it’s very artistic.”











LESSON 3

Expressing Satisfaction
• I’m very pleased with.....
• I’m so happy about this.
• What a beautiful story !
• It is with great pleasure that.....
• It gives me great satisfaction.....
• Thank you, Sir.
• I can’t think of anything better

Expressing Dissatisfaction
• It is disappointing that.....
• What an awful meeting !
• It’s not as good as I thought
• What else do you think I should do?


Dialog

1. Waiter : “ Did you enjoy your meal, Sir?”
George : “ Yes, I did. It was very delicious indeed.”
Waiter : “ Thank you Sir,. I’m glad you enjoyed it.”
George : “ You make great curry. I’m impressed.”
Waiter : “ Thank you very much, Sir.”

2. Mr. Anwar : “ The engine is not working properly. What’s wrong with it ?”
Mr. Ridwan : “ Let me have a look, Sir.”


















LESSON 4

Expressing Pleasure
• I’m glad your like it
• Isn’t this great?
• I’m delighted to hear that
• It gives me great pleasur to hear that
• I’m very pleased with.....
• I’m very pleased

Expressing Pain
• Ouch !!!

Expressing relief
• Oh, I’m glad it’s done
• Good for you
• Oh, that’s all right then
• Thank God for that
• Oh, What a relief


Dialog

1. Vita : “ Look isn’t this great?”
Mrs. Inneke : “Oh, I’m glad you like it”

2. Vito : “ Ouch !!!
Mr. Candra : “ Oh you, poor thing”

3. Doctor : “ O.K., finished. You will feel better now”
Rizal : “ Oh, I’m glad it’s done”

MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL

A. Pengertian Ketahanan Nasional
1. Pengertian secara Umum
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kekuatan atau potensi nasional dalam rangka untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan, dari luar maupun dari dalam, baik langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan eksistensi negara kita.

2. Pengertian secara Konstitusional (GBHN)
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis bentuk integritas kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.

3. Pengertian secara Operasional
Secara operasional ketahanan nasional hakekatnya adalah kondisi dinamis suatu bangsa mengandung keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan kekuatan nasional dan ketahanan nasional yang tangguh akan lebih mendorong dan berhasilnya pembangunan nasional.

4. Pengertian sebagai Doktrin Dasar
Sebagai doktrin ketahanan nasional diartikan sebagai suatu pandangan yang diyakini kebenarannya, dihayati dan ditanamkan dalam bentuk pola pikir, pola sikap, pola tindak dan tingkah laku, sehingga akan terbentuk pola tindak dan tingkah laku pengelolaan sistem kehidupan nasional yang memiliki kemampuan dan kekuatan nasional yang dibutuhkan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kehidupan nasional.



5. Pengertian sebagai Metode
Metode yang digunakan ketahanan nasional dalam pengelolaan sistem kehidupan nasional adalah metode Astagatra yang terdiri dari Trigatra dan Pancagatra.
 Trigatra
Geografi, sumber alam, dan penduduk (jumlah, distribusi/penyebaran, kualitas).
 Pancagatra
Ideologi, politik, ekonomi (globalisasi, strukruk, pembinaan sumber daya manusia dan dana, kemampuan manajemen, penyediaan infrastruktur, hubungan ekonomi luar negeri, pemasaran, peranan birokrasi dan pemerintah), sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

B. Latar Belakang Pentingnya Ketahanan Nasional
Hakekatnya tidak ada satu negara pun di dunia ini yang bebas dari gangguan yang dapat mengancam eksistensinya sebagai bangsa dan negara yang merdeka. Setiap bangsa berbeda dalam membina kewaspadaan nasionalnya.
Kewaspadaan nasional adalah sikap mental yang peka terhadap kemungkinan datangnya ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang membahayakan eksistensinya sebagai bangsa dan negara, mencakup masalah-masalah: kualitas pemahaman pancasila sebagai ideologi negara, cara pandang wawasan nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan nasional.
Untuk memahami ketahanan nasional dibutuhkan pemahaman dengan baik dan benar hubungan antara pancasila dan wawasan nusantara dengan ketahanan nasional.
Pancasila adalah ideologi negara yang diyakini kebenarannya berakar dan bersumber pada budaya bangsa.
Wawasan nusantara adalah acuan menuju tujuan, pedoman mewujudkan kesatuan seluruh aspek kehidupan, saling terkait, secara komprehensif terpadu pada semua tahap kegiatan manajerial.
Ketahanan nasional adalah upaya pengembangan kekuatan dan kekuasaan nasional secara ilmiah membutuhkan tingkat ketahanan yang nyata, membutuhkan data sebagai gambaran obyektif, diperlukan teori untuk memahami data tersebut, selanjutnya dibutuhkan nilai-nilai yang berkemampuan meninjau dan memberi kritik terhadap gambaran yang diberikan oleh data dan membutuhkan nilai-nilai dan konsep teoritis untuk mengkonstruksikan gambaran masa yang akan datang yang dicita-citakan. Realitas kehidupan bangsa dalam konteks dengan ketahanan nasional dan anatomi dengan ketegangan.
Kemampuan suatu bangsa mengatasi segala bentuk dan jenis ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan titik beratnya pada keuletan dan ketangguhan bangsa sebagai suatu kekuatan nasional dalam menegakkan integritas dan kelangsungan hidup bangsa.
Pengalaman perjalanan sejarah bangsa indonesia menunjukkan telah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, akan tetapi NKRI tetap mampu mempertahankan eksistensi dan integritasnya
Penyimpangan-penyimpangan yang pernah terjadi terhadap bangsa indonesia:
 Maklumat X tanggal 16 oktober 1945 yang menyatakan bahwa komite nasional pusat diberi kekuasaan legislatif dan menetapkan GBHN selama MPR dan DPR belum terbentuk.
 Maklumat pemerintah tanggal 14 nopember 1945 yang menyatakan bahwa menteri negara sebagai pembantu presiden bertanggung jawab kepada komite nasional pusat.
 Konferensi meja bundar (KMB, Den Haag 2 maret 1949) terbentuk RIS kemudian disusul dengan pergolakan-pergolakan di daerah sebagai gerakan separatisme (APRA, ANDI AZIS, RMS, PRRI, PERMESTA, DI/TII 1947-1962, G.30.S/PKI).
 Dekrit presiden tanggal 5 juli 1959 dan surat perintah 11 maret 1966.
 Anatomi ketegangan berkaitan dengan sikap pandangan terhadap perang.

C. Hakekat, Sifat, Ciri dan Asas Ketahanan Nasional
1. Hakekat Ketahanan Nasional
Hakekatnya ketahanan nasional adalah pembinaan kewaspadaan nasional menghadapi gejala perkembangan, tidak satupun negara di dunia ini yang bebas dari gangguan yang dapat mengancam integritas dan eksistensi bangsa dan negara.
Pembinaan tersebut mencakup: ketahanan bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.

2. Sifat Ketahanan Nasional
Manunggal, mawas ke dalam, berwibawa, dinamis, tidak adu kekuatan dan kekuasaan, percaya diri dan tidak bergantung pada pihak lain.

3. Ciri Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan prasyarat bagi negara yang sedang berkembang untuk menuju kelangsungan hidup bangsa dan negara yang dinamis berisi keuletan dan ketangguhan didasarkan pada metode astagatra dan secara operatif didasarkan pada pancasila dan UUD 1945.

4. Asas Ketahanan Nasional
Asas ketahanan nasional antara lain: pendekatan kesejahteraan dan keamanan, utuh, menyeluruh, terpadu, bersifat kekeluargaan dan mawas diri.

D. Ketahanan Nasional sebagai Konsep
Pendekatan ketahanan nasional dalam sistem kehidupan nasional dilakukan melalui pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Konsepsi ketahanan nasional menggunakan metode astagatra. Konsepsi ketahanan nasional hakekatnya adalah upaya pengembangan kekuatan nasional yang berintikan keuletan dan ketangguhan, berasaskan pada nilai-nilai dasar pancasila yang berakar pada budaya bangsa.

E. Fungsi Ketahanan Nasional
Fungsi ketahanan nasional dapat diwujudkan apabila ketahanan nasional dapat menjamin agar pembangunan nasional berjalan lancar menuju tujuan yang hendak dicapai, oleh karena itu pembangunan nasional harus dilaksanakan dan hasilnya harus mampu mengatasi segala bentuk dan jenis ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Menjamin keterpaduan segenap aspek kehidupan nasional bangsa dan negara secara utuh menyeluruh. Menjamin agar keuletan dan ketangguhan bangsa dan negara mampu menumbuhkembangkan kekuatan dan kekuasaan nasonal.

F. Pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan dalam Kaitannya dengan Kewaspadaan Nasional
Pendekatan kesejahteraan yang hendak dicapai digambarkan sebagai kemampuan bangsa menumbuhkembangkan nilai-nilai dasar nasional sebesar-besarnya untuk kemakmuran yang adil dan merata.
Melalui pendekatan keamanan akan dicapai suatu kemampuan bangsa dan negara untuk melindungi nilai-nilai nasional terhadap segala bentuk dan jenis ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.
Tergantung pada kondisi yang dihadapi sehingga perlu evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas hasil perwujudan masing-masing gatra. Penyelenggaraan kesejahteraan membutuhkan tingkat keamanan tertentu. Hidup diatas gambaran kesejahteraan dan keamanan menjadi gambaran ketahanan nasional.
Kewaspadaan nasional merupakan kepekaan bangsa dan negara terhadap segala bentuk dan jenis ancaman, ganguan, hambatan, dan tantangan mencakup pembinaan:
 Cara pandang wawasan nusantara
 Tingkat dan kualitas ketahanan nasional
 Hasil pembangunan nasional yang merupakan penjabaran pancasila
 Proses industrialisasi menyongsong globalisasi
 Masalah tantangan globalisasi, identitas bangsa dan krisis budaya
 Pembinaan kewaspadaan nasional atas dasar Pancasila dan UUD 1945

GLOBALISASI

A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Globalisasi berasal dari kata globe/global, yaitu dunia atau bola dunia/ sedunia atau sejagad. maka globalisasi dapat diartikan suatu sistem atau tatanan yang mengglobal atau mendunia sehingga seseorang atau Negara tidak mungkin untuk mengisolasi diri sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan komunikasi.
Globalisasi merupakan dunia tanpa batas, tempat, ruang, dan waktu yang memungkinkan antar manusia untuk saling berkomunikasi menyebarkan informasi lintas negara.

B. Proses Globalisasi
Negara merupakan suatu organisasi yang memiliki rakyat, wilayah, pemerintah, dan kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar. Untuk mencapai tujuannya setiap Negara tidak dapat mengisolasi diri dari pergaulan antar bangsa dan Negara. Hal ini disebabkan suatu negara tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara pribadi atau tanpa kerjasama dengan negara yang lain. Sehingga hubungan antarbangsa dan negara sangat diperlukan dan tidak dapat dihindarkan lagi. Lebih-lebih di era globalisasi, dengan kemajuan iptek dan deraskan arus informasi jelas tidak ada negara yang dapat hidup dan berkembang tanpa berhubungan dengan bangasa dan negara lain.
Adanya era globalisasi berarti sudah tidak ada batas ruang, tempat, dan waktu terhadap suatu informasi dan peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di suatu negara akan dapat diketahui dengan cepat oleh bangsa dan negara lain. Unsur-unsur budaya asing akan mudah masuk ke suatu negara baik yang positif maupun yang negatif. Hal ini terjadi karena adanya kemajuan teknologi dan komunikasi. Informasi yang diketahui melalui radio, televisi, internet dan lain sebagainya dapat diketahui dan masuk ke rumah-rumah masyarakat dalam waktu yang bersamaan di tempat yang berbeda.

1. Faktor-faktor Pendorong Globalisasi
a. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
b. Terbukanya sistem perekonomian negara
c. Liberalisme keuangan internasional
d. Semakin besarnya keinginan orang untuk melakukan traveling antar negara atau pindah dari satu negara ke negara lain
2. Pengaruh Globalisasi
a. Bidang Ekonomi
1) munculnya pasar global, AFTA (Asean Free Trade Area)
2) makin menguatnya mata uang Eropa, euro
3) adanya persaingan pasar yang cukup tinggi
b. Bidang Politik
1) makin menguatnya paham liberalisme
2) melemahnya ideologi komunis dalam dalam kehidupan sosial politik
3) menguatnya sistem pemerintahan demokrasi
4) menguatnya jaminan dan tuntutan penegakan HAM (Hak Asasi Manusia)
c. Bidang Sosial Budaya
1) mempercepat perubahan pola kehidupan suatu bangsa
2) terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat
d. Bidang Hankam
1) adanya hubungan kerjasama yang erat antarnegara dalam menghadapi kejahatan dan gangguan keamanan internasional
2) kerjasama dalam hal pengamanan zona teritorial dari bajak laut, arus perpindahan imigran gelap, atau perdagangan senjata
3) kerjasama dibidang pertahanan dan keamanan negara

C. Pengaruh Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi yang melanda dunia dewasa ini, lebih-lebih terhadap negara sedang berkembang termasuk Indonesia, memiliki berbagai kecenderungan-kecenderungan yang berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Kecenderungan-keenderungan itu antara lain sebagai berikut:
1. Budaya yang Bersifat Material
Budaya ini umumnya mudah diserap atau diterima oleh masyarakat penerima. Budaya ini sering kali dipergunakan oleh orang-orang yang hanya menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk pribadi. Banyak yang tidak mengindahkan norma-norma maupun nilai-nilai yang berkembang. Budaya ini akan berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya berkembangnya korupsi yang dilakukan oleh aparat dan pejabat pemerintahan.
2. Budaya yang Bersifat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Budaya ini kurang mendapat perhatian oleh masyarakat penerima, hal ini dikarenakan situasi ekonomi dan sulitnya kesempatan mencari lapangan kerja di negara berkembang. Oleh karena itu pemerintah beserta masyarakat harus berusaha mengatasi persoalan ini, misalnya dengan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3. Goncangan Budaya (Culture Shock)
Goncangan budaya yang dimaksud adalah ketidaksesuaian unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan sosial yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Kadang-kadang ada unsur yang berubah sementara ada unsur yang tidak berubah atau tidak dapat menyesuaikan diri sehingga fungsinya terganggu. Keadaan yang demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu fungsi keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Dengan kondisi yang demikian sangat berpengaruh terhadap bangsa dan negara dalam mengambil kebijakan-kebijakan khusus untuk menyeleksi pengaruh-pengaruh budaya asing di era globalisasi.
4. Kesenjangan Kebudayaan (Culture Lag)
Dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan tidak selamanya unsur-unsur kemasyarakatan dan unsur-unsur kebudayaan dapat mengalami perubahan yang sama cepatnya. Ada unsur-unsur kebudayaan yang mengalami perubahan secara cepat, ada yang lambat. Keadaan ini menyebabkan timbulnya proses perubahan kebudayaan yang tidak seimbang dan dapat menimbulkan berbagai krisis, ketegangan, konflik, dan sebagainya.
Setiap masyarakat menghendaki penghidupan yang seimbang antara unsur-unsur dalam masyarakat. Keseimbangan kehidupan masyarakat bukan berarti tidak menginginkan perubahan atau berhenti pada titik tertentu, akan tetapi keseimbangan di sini dimaksudkan bahwa perubahan yang terjadi dalam satu unsur tidak mengakibatkan terganggunya unsur yang lain.
Apabila ada gangguan keseimbangan, masyarakat akan menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan maksud untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. Apabila ketidakseimbangan dapat segera dipulihkan kembali, maka keadaan itu dinamakan sebagai proses penyesuaian (adjustment). Kalau tidak dapat menyesuaikan diri disebut dengan maladjustment.
5. Memperkaya Unsur-Unsur Kebudayaan Bangsa
Derasnya arus komunikasi dan informasi telah mempercepat masuknya unsur-unsur budaya asing yang akan memperkaya kebudayaan bangsa. Hal ini dapat merubah pola berpikir tradisional menjadi pola berpikir rasional. Akibatnya orang dapat menerima kritik demi kemajuan bangsanya.

Sisi Terang dan Sisi Gelap Globalisasi
1. Sisi Terang Globalisasi
a. globalisasi mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan
b. globalisassi mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global
c. globalisasi tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi dunia dan mendukung pertumbuhan ekonomi
d. globalisasi tidak berlawanan dengan desentralisasi
e. globalisasi bukan penyebab krisis ekonomi
2. Sisi Gelap Globalisasi
a. Globalisasi sebagai kapitalisme kasino
b. Globalisasi antarnegara
c. Globalisasi sebagai kompetisi menghancurkan
d. Globalisasi sebagai penyebab pengangguran
e. Globalisasi merugikan negara dunia ketiga
f. Globalisasi sebagai individualisme yang berlebihan
g. Globalisasi sebagai imperialisme budaya
h. Globalisasi menyebabkan munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis

D. Aspek Positif dan Negatif Globalisasi
1. Aspek Positif Globalisasi
a. Meningkatkan penegakan hukum dan pendewasaan demokrasi
b. Meningkatkan kedewasaan dan kemandirian partai politik
c. Meningkatkanperlindungan HAM
d. Meningkatkan kualitas produksi sehingga dapat bersaing di pasar internasional di bidang ekonomi
e. Meningkatkan kepribadian, sikap hidup, dan pola pikir sehingga tidak mudah terpengaruh budaya negatif
f. Hidup menjadi mudah dan murah
g. Meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui hal-hal berikut:
1) Dapat mentransfer iptek yang mendukung dan memperlancar pembangunan
2) Lebih mudah mendapatkan informasi
3) Memiliki wawasan lebih luas dalam memahami dan menangani persoalan
h. Meningkatkan budaya disiplin dan etos kerja sehingga meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja
i. Meningkatkan kewaspadaan dan ketahanan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa, kesetiaan pada pancasila, dan pemahaman wawasan nusantara, sehingga terhindar dari separatisme, konflik sosial, dan disintegrasi bangsa.

2. Aspek Negatif Globalisasi
a. Menimbulkan euforia politik (kegembiraan atas kebebasan politik yang berlebihan), yaitu kegiatan yang mengatasnamakan HAM dan demokrasi tetapi memiliki target utama meraih kekuasaan loal atau pusat.
b. Membentuk jaringan global yang merangkul seluruh dunia dan mengarahkannya pada poros kendali negara yang mempunyai kekuatan ekonomi raksasa, yang menimbulkan ketergantungan negara-negara miskin.
c. Menimbulkan kesenjangan kepemilikan modal yang mendorong timbulnya kesenjangan sosial-ekonomi masyarakat.
d. Menimbulkan pola hidup gesselschaft (patembayan), artinya hubungan dan kerjasama antar manusia atas dasar mencari keuntungan (bukan kekeluargaan dan kegotong-royongan).
e. Menimbulkan bahaya yang mengancam nilai kemanusiaan, yaitu:
1) Konsumtif, artinya sikap suka membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang kurang perlu dan tidak produktif.
2) Glamoristik, artinya paham bergaya hidup suka menonjolkan kemewahan (kegemerlapan) dunia.
3) Eksklusivisme, artinya paham bergaya hidup eksklusif berbeda dengan keumuman masyarakat.
4) Elitisme, artinya paham bergaya hidup elit berbeda dengan keumuman masyarakat.
5) Ekstrimisme, artinya paham yang berusaha untuk menggantikan dan menggulingkan pemerintahan dan negara dengan cara-cara kekerasan dan inkonstitusional.
6) Egoisme, artinya paham yang mengutamakan kepentingan diri sendiri.
7) Individualisme, artinya paham yang mengutamakan kepentingan individu.
8) Sekulerisme, artinya paham yang memisahkan kehidupan negara dengan kehidupan agama.
9) Materialisme, artinya paham yang mengajarkan bahwa segala sesuatu diukur dengan materi (kebendaan).
f. Perilaku menyimpang yang melanggar ajaran agama, moral atau etika, dan hukum.
g. Meningkatnya kualitas dan kuantitas kriminalitas
h. Merebaknya penyakit sosial
i. Lingkungan menjadi tereksploitasi dan rusak
j. Pencemaran lingkungan
k. Penyalahgunaan narkoba
l. Merebaknya pornografi
m. Dekompensasi lingkungan

E. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Globalisasi
Globalisasi telah diketahui memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disisi lain suatu bangsa dan negara tidak dapat menutup diri dengan adanya era globalisasi. Untuk itu bangsa indonesia harus bersikap selektif terhadap pengaruh-pengaruh globalisasi, menerima globalisasi dengan tanpa menghilangkan jati diri bangsa. Guna mewujutkan hal ini maka dalam menerima pengaruh globalisasi harus didasarkan pada pancasila yang telah memiliki bebearapa fungsi dan kedudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi dan kedudukan pancasila tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Sebagai dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum sehingga semua peraturan hukum atau ketatanegaraan yang bertentangan dengan pancasila harus dicabut. Dalam tinjauan yuridis konstitusional, pancasila sebagai dasar negara berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara.
2. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa
a. Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa dan digali dari bumi Indonesia yang telah dibina sejak lama.
b. Pancasila memberikan corak dan ciri khas yang membedakan bangsa indonesia dengan bangsa lain.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
a. Pancasila mempersatukan dan memberi petunjuk dalam mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
b. Pancasila merupakan pedoman tingkah laku bagi warga negara indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

THE FORMS OF THE TEXT

EXPLANATION
How do our eyes tell that strawberries are red, cucumbers are green and lemons are yellow? No one is sure. But scientists who study the eye have come with some theories.
It is known that when we look at something, light passes through the front part of eye. The light forms an image of we see on the retina at the back of eye. The retina is a thin layer of tissue that I covered with a liquid. Because the retina is sensitive to light, it easily receives light images. Then it sends the image to brain.
The retina has 137 million cells that help to receive the image of object. Of these, 130 million are rod-shaped. The rods make us see in black and white. The other 7 million retina cells are shaped like cones. They have the special ability to make us see in colour. Scientists have some ideas but not quite sure how the eye does this. One theory is that each cone shaped cells contains three colours: red, green, and blue. When we look at a coloured object, a message is sent to the brain. The brain instantly blends the red, green, and blue so hat we see the exact colour of the object.
In dim light the cones practically stop working as the cones lose their effectiveness, the rods take over.


NEWS ITEM
BEKASI (JP): the pollution level in Sadang River in this regency which has been a contributing factor in three recent deaths, has become a matter of serious concern for many people here as well as for others in Jakarta.
The river, which is between four and eight metres wide and about three metres deep, has been used by several factories in the area as their waste dumping ground. During the dry season, the river turns reddish black, skimmed with oily foam.
Despite its abominable condition, many residents in Wanasari village in the district of Cibitung still use its water for bathing, washing their dishes and cleaning their clothes. It is also used to irrigate about 60 hectares of rice fields in the area.
On Nov. 7, last year, Sri Rahayu, 14 and Sri Julaeha, 8, drowned in the river. The girl were watching their mother who was washing in the river. It was believed the girls died from poisoning as a result of swallowing the polluted river water rather than from drowning.
The third victim, Diroh, 22 drowned in the river on April 13. Her body was found on April 16 and like the two sisters, foam was encrusted around her mouth. Area residents said she was washing, perched on the riverbank when she fell into the water. Again, the people believe she was poisoned.

(from The Jakarta Post, July 5, 1993)




NARRATIVE

The Tyrant Who Became a Just Ruler
In the olden times there was a king who was so cruel and unjust toward his subjects that he was always called the tyrant. So heartless was he that his people used to pray night and day that they might have a new king.
One day, much to their surprise, he called his people together and said to them, “my dear subjects, the days of my tyranny are over. Henceforth, you shall live in peace and happiness, for I have decided to try my rule henceforth justly and well.”
The king kept his words so well that soon he was known troughout the land as the just king. By and by one of his favourites came to him said, “Your majesty I beg you to tell me how it was that you had this change of heart towards our people.”
And the king replied, “As I was galloping through my forest one afternoon, I caught sight of a hound chasing a fox. The fox escaped into his hole, but not until he had been bitten by the dog so badly that he would be lame for life. The hound, returning home, met a man who threw a stone at him, which broke his leg. And the horse, starting to run, fell into a hole and broke his leg. Here I came to my senses, and resolved to change my rule. ‘for surely’, I said to myself, he who does evil will sooner or later be overtaken by evil.”
RECOUNT

My holiday in Bali was very nice. The two weeks I spent there were really fantastic. It was just so different from anything I had seen before, like white sandy beaches, incredible views, palm trees, nice climate and unique traditions. I really enjoyed my self there. The place was absolutely beautiful. Beyond comparison!
There were so many interesting place to visit, especially the temples and there was a lot to learn about the religion and the beliefs of the people. It seems that they are religious people.
On the day of my arrival at Ngurah Rai airport, I was picked up by my guide. First I was staying in Sanur, which is not far from Denpasar. I was satisfied with the luxury offered by the hotel there. Then I visited Denpasar. It is a crowded city with busy traffic. I did not stay very long, just half a day because it was hot. I couldn’t stand it. I visited an art gallery there and then I went back to the hotel.
The following day I visited quite a lot of other places on the island. I had a trip to the north to visit a town called Singaraja and I bought some souvenirs there. Compared to the south of the island, the north is very different.
Once I visited the volcano between Denpasar and Singaraja, called Mount Agung. I went for a walk in a village on the slopes of Mount Agung. I didn’t go to the top because I was too tired to do so.
Another day I went down to the west to temple of Tanah Lot. It is out on the coast and everybody waited for the sunset. They wanted to take photos of it behind the temple. I was very surprised because I saw many foreigners enjoying themselves and being very relaxed with the tranquillity.
Next my guide and I drove down to the south to Nusa Dua. I went to the beach and had a body massage along with some of the domestic tourist there. And two days before returning home I went to Kuta Beach. I did a lot of shopping at reasonable price.


NAME : KRISTINA NATALIA
CLASS : XII IPS 1

Definisi Kinerja Dan Pengukuran Kinerja Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik

A. Definisi Kinerja Dan Pengukuran Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat oebcaoaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

B. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Elemen pokok suatu pengukuran kinerja antara lain:
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.
Tujuan adalah pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran.
2. Merumuskan indicator dan ukuran kinerja.
Indicator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
Jika kita sudah mempunyai indicator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran kinerja bias diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil actual dengan indicator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.
4. Evaluasi kinerja.
Evaluasi kinerja akan mmberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan:
a. feedback
Hasil pengukuran terhadap capaian kinerjaa dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Bias dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dana anggota organisasi.
b. penilaian kemajuan organisasi
Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang elah dicapai organisasi.
c. meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas
Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders.

C. Fokus Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi pengukuran kinerja harus berbasis pada strategi organisasi. Pemilihan indicator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini merupakan upaya konkret dalam memformulasikan tujuan strategis organisasi sehingga lebih terwujud dan terukur.
Pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk mendefinisikan indicator dan ukuran kinerja yang digunakan.

D. Aspek-aspek Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Pengukuran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek-aspek, antara lain:
1. Kelompok masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
2. Kelompok proses adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
3. kelompok keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak berwujud.
4. Kelompok hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung.
5. Kelompok manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6. Kelompok dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negative.

E. Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Sektor publik tidak bias lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang-barang publik.

Manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi:
1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan system pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5. Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.
6. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwaa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

F. Perbedaan Pengukuran Kinerja Sektor Publik dan Sektor Bisnis
Pengukuran kinerja pada organisasi bisnis lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan organisasi sektor publik. Pada organisasi bisnis, kinerja penyelenggaranya dapat dilakukan dengan cara misalnya melihat tingkat laba yang berhasil diperolehnya.
Pada organisasi sektor publik, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks, karena hal-hal yang dapat diukur lebih beraneka ragam dan kadang-kadang bersifat abstrak sehingga pengukuran tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan satu variable saja.

G. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja
Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan kinerja. Pengukuran kinerja menyediakan dasar bagi organisasi untuk menilai:
1. Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan.
2. Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan.
3. Menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja.
4. Menunjukkan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi.
5. Membantu dalam membuat keputusan-keputusan dengan langkah inisiatif.
6. Mengutamakan alokasi sumberdaya.
7. Meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada pelanggan.
H. Pengukuran Kinerja sebagai Subsistem Pengendalian Manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
• pengendalian preventif
Berkaitan dengan perumusan strategi dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
• pengendalian operasional
Berhubungan dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui anggaran.
• pengendalian kinerja
Terkait dengan evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.

1. Struktur Pengendalian Manajemen
System pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
2. Hubungan antara Pusat Pertanggungjawaban dengan Pengendalian Anggaran
Organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai pusat pertanggungjawaban. Manajer pusat sebagai budget holder memiliki tanggungjawa untuk melaksanakan anggaran.
Pengendalian anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja yang riil dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya penyimpangan antara realisasi terhadap anggaran tersebut kemudian dianalisis untuk diketahui penyebabnya dan siapa yang harus bertanggungjawab untuk selanjutnya segera dilakukan tindakan korektif.
Anggaran sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi penyimpangan.
3. Proses Pengendalian Manajemen
Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan saluran komunikasi formal maupun informal. Saluran komunikasi formal mencakup aktivitas formal organisasi yang meliputi:
a. perumusan strategi, merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target, dan kebijakan serta strategi organisasi.
b. Perencanaan strategic, adalah proses penentuan program-program, aktivitas atau proyek yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan.

Manfaat perencanaan strategic:
1) memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif
2) untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategic yang telah ditetapkan
3) memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang efektif dan efisien
4) sebagai rerangka pelaksanaan tindakan jangka pendek
5) saran bagi manajemen untuk memahami strategi organisasi secara lebih jelas
6) sebagai alat untuk memperkecil rentang alternative strategi.

I. Sistem Pengukuran Kinerja
System pengukuran kinerja merupakan suatu system yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur financial dan nonfinansial. Dalam suatu system manajemen strategi, pengukuran kinerja berfungsi sebagai alat penilai apakah strategi yang sudah ditetapkan telah berhasil dicapai.
Dari hasil pengukuran kinerja dilakukan feedback sehingga tercipta system pengukuran kinerja yang mampu memperbaiki kinerja organisasi secara berkelanjutan.
1. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses sistematik yang ditujukan untuk menghasilkan tindakan dan keputusan-keputusan mendasar sebagai pedoman dan panduan organisasi dalam menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan dan mengapa melakukan aktivitas tertentu.
Proses perencanaan strategis ini membutuhkan informasi yang kompleks, luas, dan komprehensif dengan lebih menekankan pada implikasi-implikasi di masa datang.
2. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pembuatan keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program tersebut.

Audit SDM: Audit atas Perolehan SDM

1. Perencanaan SDM
Menurut Akmal (2009), Perencanaan tenaga kerja dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan formasi tenaga kerja. Faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah faktor intern misalnya kebutuhan keahlian, lowongan, perluasan, penyempitan departemen, dan faktor ekstern seperti keadaan pasaran tenaga kerja.
Menurut Bayangkara, Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tentang kebutuhan dan ketersediaan SDM untuk menyelesaikan berbagai bidang tugas dan tanggung jawab yang harus dikelola perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Tahapan dalm proses perencanaan SDM diawali dengan mempertimbangkan tujuan dan strategi perusahaan. Setelah perusahaan memiliki uraian, spesifikasi pekerjaan, dan standar kinerja yang baru, penilaian terhadap kondisi SDM internal harus dilakukan. Tujuannya untuk menilai ketersediaan dan kemampuan SDM untuk melaksanakan pekerjaan yang ada dalam operasional perusahaan. Penilaian ini akan memberikan informasi kepada perencana tentang:
1. Pekerjaan yang ada pada saat ini.
2. Berapa banyak SDM yang terlibat pada setiap tugas.
3. Seberapa pentingnya tugas-tugas tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan..
4. Pekerjaan mana yang membutuhkan penerapan strategi organisasi.
5. Apa saja karakteristik dari pekerjaan yang diharapkan.

Tahap berikutnya setelah penilaian kondisi internal SDM dilakukan adalah analisis lingkungan eksternal yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja di pasar kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja yang harus diperhatikan dalam perencanaan SDM:
1. Pengaruh pemerintah.
2. Kondisi perekonomian.
3. Kondisi persaingan dan posisi perusahaan di pasar.
4. Komposisi tenaga kerja dan pola kerja.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui perencanaan SDM, antara lain:
a. Penentuan kuantitas dan kualitas SDM yang akan mengisi semua formasi di dalam perusahaan.
b. Menjamin ketersediaan SDM saat ini dan akan datang.
c. Menghindari terjadinya minmanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
d. Memudahkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pengolahan SDM sehingga produktifitas kerja meningkat.
e. Menghindari kekurangan atau kelebihan SDM.
f. Memberikan pedoman bagi setiap program/aktifitas SDM.
g. Memberikan dasar untuk melakukan evaluasi terhadapa karyawan.

Sedangkan manfaat dari perencanaan SDM, meliputi:
a. Perusahaan dapat memanfaatkan secara optimal SDM yang sudah ada di perusahaan.
b. Meningkatkan efektifitas kerja.
c. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
d. Tersedianya SDM yang memenuhi kualifikasi untuk memegang wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang.
e. Menyediakan dasar penyusunan program SDM bagi fungsi SDM.

Menurut Sondang, Fungsi manajemen sumber daya manusia yang sangat penting dan bahkan mendasar ialah melakukan perencanaan tenaga kerja. Pentingnya fungsi perencanaan terlaksana dengan baik terlihat dengan lebih jelas apabila diingat bahwa berbagai manfaat dapat dipetik dari rencana yang matang, mantap dan tepat. Berbagai manfaat itu antara lain ialah:
a. Peningkatan penggunaan SDM.
b. Menyelaraskan dengan tepat kegiatan para karyawan dengan berbagai sasaran organisasi.
c. Menghemat biaya dalam pengadaan tenaga kerja baru.
d. Meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi terciptanya pangkalan informasi dalam menyelenggarakan berbagai fungsi manajemen SDM lain yang mengikutinya dan sekaligus dapat dimanfaatkan oleh satuan-satuan kerja lainnya dalam organisasi.
e. Pengenalan yang tepat tentang kondisi pasaran tenaga kerja yang dapat digarap.
f. Peningkatan koordinasi pelaksanaan berbagai kebijaksanaan perusahaan dalam bidang SDM.

Sebagai salah satu fungsi manajemen SDM, perencanaan pada dasarnya mencakup dua hal pokok, yaitu:
a. Pemahaman tentang permintaan akan SDM.
b. Pengenalan yang tepat tentang suplai SDM.

Berangkat dari pandangan bahwa merencanakan berarti memutuskan sekarang hal-hal yang akan dilakukan di masa depan, pemahaman tentang bentuk dan jenis permintaan tenaga kerja untuk dituangkan dalam rencana dipengaruhi oleh tiga kelompok faktor yaitu:
a. Faktor-faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal yang pasti berpengaruh terhadap suatu rencana SDM, antara lain ialah:
1. Faktor ekonomi
Jika perekonomian negara tumbuh dengan pesat, berbagai perusahaan biasanya menempuh kebijaksanaan memperluas kegiatan bisnis yang ditanganinya yang akan menuntut meningkatnya permintaan akan tenaga kerja baru.


2. Faktor sosio, politik dan hukum
Penerimaan atau penolakan masyarakat akan keberadaan suatu pabrik akan berdampak pada permintaan tenaga kerja. Selain itu, politik pemerintah dan sifat peraturan perundang-undangan yang berlaku juga harus diperhitungkan dengan matang dalam menyusun rencana sehingga langkah yang tepat pun dapat diambil, baik dalam arti menambah atau mengurangi jumlah karyawan.
3. Faktor teknologi
Perkembangan teknlogi yang sangat pesat dengan berbagai terobosan yang terjadi berdampak sangat kuat terhadap pengelolaan berbagai kegiatan bisnis. Oleh karena itu manajemen dituntut untuk mampu memanfaatkan berbagai terobosan itu, bukan hanya dalam proses produksi, melainkan juga dalam proses pengambilan keputusan, pola kekaryaan dan kegiatan perkantoran.
4. Faktor pesaing
Salah satu kenyataan hidup yang dihadapi oleh organisasi bisnis ialah terjadinya persaingan yang kadang-kadang sangat sengit dan tajam. jika perusahaan mampu bersaing maka sangat mungkin akan terjadi penambahan jumlah karyawan. Sebaliknya, bila satu perusahaan tidak mampu atau kalah bersaing, pengurangan tenaga kerjalah yang terjadi.

b. Faktor-faktor organisasional
Tidak dapat disangkal bahwa keputusan manajemen puncak dalam menjalankan roda perusahaan mempunyai dampak yang kuat terhadap permintaan akan tenaga kerja, baik yang positif maupun negatif. Keputusan-keputusan yang menonjol menyangkut:
1. Strategi perusahaan
Hal yang perlu penekanan dalam membahas kaitan antara strategi perusahaan dengan perencanaan tenaga kerja ialah apakah orientasi strategi yang ditetapkan bersifat mengutamakan kemapanan eksistensi perusahaan atau orientasi pertumbuhan, perkembangan dan perluasan usaha.
2. Kemampuan keuangan perusahaan
Tidak dapat disangsikan bahwa kemampuan keuangan perusahaan berdampak sangat kuat pada penambahan atau pengurangan tenaga kerja yang tercermin dalam rencana. Bahkan dapat dikatakan bahwa kemampuan keuangan merupakan faktor penentu yang kritkal sifatnya.
3. Prakiraan tentang penguasaan pangsa pasar
Manajemen sangat perlu memiliki kemampuan analisis pasar, termasuk ketat tidaknya persaingan dan kecenderungan perilaku konsumen yang tercermin pada preferensinya, sehingga dapat dibuat prakiraan yang diharapkan mendekati kebenaran di lapangan.
4. Kegiatan bisnis yang baru
Faktor organisasional lain yang turut berpengaruh terhadap perencanaan SDM ialah jika manajemen memutuskan untuk menekuni usaha bisnis yang baru. Ada dua bentuk dalam memasuki usaha bisnis yang baru, yaitu atas kemauan manajemen sendiri atau karena melakukan akusisi atau karena bergabung dengan perusahaan lain.
5. Tipe dan bentuk organisasi
Tidak terlalu sulit bagi manajemen puncak untuk memutuskan tipe dan struktur organisasi apa yang akan digunakan jika keputusan untuk menekuni usaha baru berasal dari dalam perusahaan sendiri. Akan lain sifatnya apabila memasuki bidang usaha baru yang dilakukan karena akuisisi atau karena penggabungan. Berkaitan erat dengan hal itu ialah kemungkinan timbulnya tuntutan untuk melakukan rancang bangun pekerjaan yang kesemuanya berpengaruh pada perencanaan SDM.

c. Situasi ketenagakerjaan dalam perusahaan di masa depan
Faktor yang dimaksudkan di sini ialah perolehan gambaran tentang konfigurasi ketenagakerjaan dalam lingkungan perusahaan sebagai akibat dari:
1. Adanya karyawan yang memasuki masa purnabakti.
2. Adanya karyawan yang berhenti atas kemauan sendiri.
3. Adanya karyawan yang cuti panjang.
4. Terjadinya pemutusan hubungan kerja.
5. Karyawan yang meninggal dunia.


2. Rekrutmen
Menurut Akmal (2009), rekruting berkenaan dengan kegiatan mencari karyawan yang akan mengisi kebutuhan tenaga yang sejalan dengan perencanaan tenaga kerja.
Menurut Sondang, dalam proses manajemen SDM, rencana yang telah disusun dan ditetapkan segera diikuti penyelenggaraan fungsi berikutnya, yaitu rekrutmen. Terdapat paling sedikit empat alasan mengapa penyelenggaraan fungsi rekrutmen dijadikan sebagai objek audit, yaitu:
a. Adanya berbagai faktor pembatas yang dihadapi oleh para pencari tenaga kerja baru.
b. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan rekrutmen tidak sedikit.
c. Terdapat berbagai sumber tenaga kerja yang dapat digarap.
d. Rekrutmen merupakan kegiatan yang tidak sederhana sehingga perlu penanganan yang cermat.

Para pencari tenaga kerja baru diharapkan mampu:
a. Memahami rencana tenaga kerja perusahaan secara mendalam.
b. Mengenali berbagai faktor pembatas dan atau kendala yang dihadapi.
c. Menggarap berbagai sumber tenaga kerja dengan tepat.
d. Menekan biaya rekrutmen.

Menurut Bayangkara, Rekrutmen meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Pelaksanaan rekrutmen harus mampu mendapatkan SDM dengan cara yang paling ekonomis, efektif, dan efisien.
Rekrutmen juga harus memberikan kesempatan yang sama untuk setiap calon tenaga kerja untuk masuk ke dalam perusahaan (tidak diskriminatif). Setiap pelaksanaan rekrutmen harus berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan atas kualitas SDM yang sesuai. Oleh karena itu rekrutmen harus berpedoman pada:
a. Analisis pekerjaan.
b. Deskripsi pekerjaan.
c. Spesifikasi pekerjaan.
2. Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan pekerjaan (job) yang tersedia.
3. Harus dilakukan dengan biaya yang paling minimal (ekonomis).
4. Perencanaan dan keputusan-keputusan strategi tentang rekrutmen.
5. Fleksibilitas.
6. Pertimbangan-pertimbangan hukum.


3. Seleksi
Menurut Akmal (2009), Seleksi merupakan proses evaluasi dan pemilihan calon yang dianggap tepat untuk mengisi jabatan atau lowongan yang tersedia.
Menurut Sondang, apakah suatu perusahaan memperoleh tenaga kerja baru yang diinginkannya sangat bergantung pada penyelenggaraan proses seleksi. Teori tentang manajemen SDM mutakhir menekankan dengan sangat kuat bahwa ada tiga sasaran utama yang ingin dicapai melalui proses seleksi, yaitu:
a. Terpenuhinya persyaratan kualifikasi oleh para pelamar.
b. Perolehan gambaran tentang kemampuan dan kemauan calaon pegawai untuk melakukan berbagai penyesuaian perilakunya sehingga sesuai dengan kultur organisasi.
c. Tersedianya informasi yang mungkin hanya bersifat indikatif tentang ketangguhan calon pegawai menghadapi stres dalam menjalankan tugas yang akan dipercayakan padanya.

Guna lebih menjamin bahwa berbagai persyaratan itu dipenuhi, diadakan proses seleksi yang pada garis besarnya mencakup delapan langkah, yaitu:
1. Panggilan kepada pelamar.
2. Penyelenggaraan berbagai jenis tes, seperti tes psikologi, tes keterampilan, tes kejujuran, tes sikap, dan tes kesehatan.
3. Wawancara yang di samping melibatkan tenaga spesialis dari satuan kerja yang menangani SDM, juga harus mengikutsertakan calon atasan langsung pelamar yang bersangkutan karena atasan langsung itu yang akan memperkerjakan, membina, mengembangkan, menilai, dan mengawasi yang bersangkutan.
4. Penelitian ulang latar belakang dan referensi pelamar.
5. Evaluasi dokumen kesehatan.
6. Wawancara oleh penyelia.
7. Para karyawan yang akan ditempatkan pada tugas teknis operasional biasanya diminta mendemonstrasikan keterampilannya menggunakan mesin-mesin atau prasarana kerja tertentu yang akan digunakan dalam melaksanakan tugasnya kelak yang pada umumnya dilakukan dalam kondisi dan lingkungan kerja yang sama seperti kondisi dan lingkungan yang sesungguhnya.
8. Seluruh proses seleksi berakhir pada waktu keputusan diambil untuk menyatakan pelamar lulus atau tidak lulus dari proses seleksi.

Menurut Bayangkara, seleksi dan penempatan bertujuan untuk menempatkan orang yang tepat pada jabatan (pekerjaan) yang tepat. Beberapa tujuan khusus yang dapat dicapai melalui seleksi adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan perusahaan menerapkan strategi bisnis khususnya yang telah ditetapkan.
2. Memastikan bahwa investasi keuangan yang dilakukan para karyawan (SDM) dapat kembali pada waktu tertentu.
3. Mengevaluasi, mempekerjakan, dan menempatkan pelamar pada jabatan yang sesuai dengan minat mereka.
4. Meperlakukan pelamar secara adil (tidak diskriminatif).
5. Memperkecil kerugian yang mungkin terjadi sebagi akibat dari kesalahan dalam menerima dan menempatkan karyawan.
6. Membantu memenuhi tujuan penerimaan karyawan dan jadwal yang telah ditentukan.

Proses seleksi yang efektif harus berjalan secara:
1. Akurat, artinya dapat memprediksi kinerja pelamar.
2. Adil, artinya tidak terjadi diskriminasi.
3. Meyakinkan, artinya orang-orang yang terlibat dalam seleksi yakin akan manfaat yang diperoleh..


4. Orientasi dan Penempatan
Menurut Sondang, Betapapun cermatnya seleksi dilakukan, para karyawan baru tidak langsung mampu berkarya secara produktif. Pada umumnya mereka masih menghadapi berbagai hal seperti:
a. Keraguan tentang apakah mereka mampu melaksanakan tugas dengan baik atau tidak.
b. Timbulnya pertanyaan dalam diri mereka apakah mereka akan diterima dengan ikhlas oleh para karyawan lama dan atasan langsung.
c. Apakah mereka akan dapat menyesuaikan diri dengan pola kehidupan baru dalam organisasi atau tidak.
d. Seberapa lama mereka menghadapi suasana ketidakpastian yang terdapat dalam diri masing-masing.
Untuk dapat menjawab berbagai pertanyaan di atas yang sekaligus merupakan upaya untuk lebih mempersiapkan para karyawan baru melaksanakan tugasnya, perusahaan biasanya menyelenggarakan proses orientas. Materi yang disajikan pada program orientasi biasanya mencakup empat hal, yaitu:
1. Perihal organisasi sebagai keseluruhan.
2. Berbagai bentuk imbalan yang akan diterima karyawan.
3. Perkenalan pada berbagai pihak.
4. Uraian mengenai tugas pekerjaan seseorang.

Pengalaman menunjukkan bahwa perasaan bahwa seseorang berada di rumah sendiri dapat timbul dengan cepat apabila para warga yang baru itu mengetahui dan memahami berbagai hal tentang perusahaan seperti:
a. Sejarahnya.
b. Susunan organisasi perusahaan.
c. Nama dan kedudukan para pejabat penting dalam organisasi.
d. Jabatan dan status yang bersangkutan sendiri dalam perusahaan.
e. Tata ruang di perusahaan.
f. Lamanya masa percobaan.
g. Produk perusahaan baik dalam bentuk barang maupun jasa.
h. Proses produksi yang digunakan.
i. Ketentuan-ketentuan formal yang harus ditaati.
j. Kebijaksanaan pokok perusahaan terutama yang menyangkut tugas pekerjaan karyawan baru yang bersangkutan termasuk peraturan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.

Pada dasarnya para karyawan harus mampu menunaikan kewajibannya dengan baik agar berbagai hal yang menjadi haknya diperolehnya. Berbagai hal itu merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya dalam berbagai bentuk seperti:
a. Gaji pokok.
b. Berbagai jenis tunjangan.
c. Hak cuti.
d. Hak tidak masuk pada hari-hari libur atau hari-hari besar resmi.
e. Hak beristirahat pada jam kerja.
f. Hak mengembangkan diri melalui pelatihan.
g. Hak memperoleh bantuan pengobatan apabila yang bersangkutan mengalami kecelakaan atau cedera di tempat atau dalam rangka pelaksanaan tugas.
h. Hak memperoleh jasa konseling dalam hal karyawan yang bersangkutan menghadapi masalah termasuk yang sifatnya pribadi yang tidak dapat diselesaikan sendiri.
i. Hak pensiun.

Agar para karyawan baru memahami tugas sendiri, dalam program orientasi perlu tercantum penjelasan mengenai:
a. Lokasi dimana seseorang akan bertugas.
b. Rincian tugas seseorang.
c. Kaitan tugas seseorang dengan tugas-tugas lain.
d. Ekspose singkat mengenai aspek-aspek penting dari tugas termasuk hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja.

Sesungguhnya terdapat tiga indikator penting untuk mengukur berhasil tidaknya penyelenggaraan orientasi, yaitu sebagai berikut:
1. Apabila jumlah karyawan baru yang berhenti kecil karena persentase karyawan baru yang berhenti pada umumnya lebih tinggi dari karyawan lama.
2. Apabila keraguan hilang dan yang bersangkutan merasa mantap berkarya dalam perusahaan.
3. Apabila para karyawan baru menjadi siap pakai dan segera mampu memberikan kontribusinya ke arah keberhasilan perusahaan mencapai tujuan dan berbagai sasarannya.

Senin, 30 November 2009

Sinar yang Menerangi

Hari ini, sebelum aku berangkat ke kampus aku nonton sebuah berita yang bikin aku terharu. di daerah polewali mandar, sulawesi barat, ada seorang anak yang bernama sinar yang seorang diri merawat ibunya yang sudah dua tahun lumpuh. anak yang yang berumur 6 tahun ini, setiap hari merawat ibunya, memandikan ibunya dan memberi makan nasi pada ibunya. Hanya Nasi, ya hanya nasi yang ada. tidak ada daging tidak ada ikan bahkan tidak ada makanan lain yang bisa mereka nikmati karena kondisi ekonomi mereka. sinar bahkan seringkali harus terlambat pergi ke sekolah karena harus mengurus ibunya.
Sinar, seorang anak yang baru berusia 6 tahun tapi sudah menjadi sinar yang menerangi keluarganya. disaat anak-anak seusianya asyik bermain, asyik bermanja-manja pada orang tua. tapi anak ini justru menggantikan peran ibunya.
aku jadi mikir, kalo anak sekecil sinar aja udah sangat memberkati keluarganya. lalu kontribusi apa yang udah ku berikan pada keluargaku??
 

Soli Deo Glori. Design By: SkinCorner